Penjaringan Perangkat Desa Pagar Puding Lamo Diduga Tidak Transparan

Kilasriau.com – Proses penjaringan perangkat Desa Pagar Puding Lamo menuai kekecewaan dari salah satu peserta dan bahkan dari anggota panitia sendiri. Penjaringan ini diduga tidak murni dan hanya dijadikan sebagai formalitas.

Media ini mendapatkan informasi terkait kekecewaan tersebut setelah hasil tes tertulis dan wawancara diumumkan oleh Camat Serai Serumpun, Patimah.

Salah satu sumber menyebutkan bahwa terdapat indikasi peserta tertentu telah memberikan "angin segar" kepada Kepala Desa Sudirman dan Camat Patimah, diduga dalam bentuk sejumlah uang antara 20 hingga 30 juta rupiah.

Bahkan, lima hari sebelum penjaringan berlangsung, media ini menerima informasi adanya kebocoran dari salah satu panitia kecamatan. Disebutkan bahwa salah satu peserta sempat mendatangi rumah dinas Camat Patimah dengan membawa sejumlah uang sekitar 12 juta rupiah, namun tawaran tersebut dikabarkan ditolak oleh camat.

Ketika dikonfirmasi kepada panitia penjaringan kecamatan, salah satu anggota panitia menyebutkan bahwa seluruh tahapan seleksi—tes tertulis, tes komputer, dan wawancara—bisa "dibantu" jika ada rekomendasi dari kepala desa dan camat. Menurutnya, peserta dan panitia desa sulit mengetahui permainan yang terjadi, terutama dalam penilaian tes tertulis.

Lebih lanjut, panitia penjaringan dari pihak kecamatan menyampaikan bahwa hasil seleksi bisa diarahkan kepada peserta tertentu yang mendapatkan rekomendasi dari kepala desa dan camat. 

"Semua keputusan ada pada kades dan camat. Kami ini hanya pelaksana," ujar salah satu panitia kecamatan saat dikonfirmasi media pada Selasa (25/2/25).

Di sisi lain, panitia penjaringan desa menyatakan bahwa proses seleksi berjalan dengan baik dan transparan. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah grup diskusi warga Desa Pagar Puding Lamo. Namun, ketika media ini menghubungi salah satu panitia desa, ia mengaku terkejut dan sedih melihat kondisi yang terjadi di desa tersebut.

Panitia desa dan beberapa peserta penjaringan meminta agar proses seleksi diulang dengan sistem yang lebih transparan, seperti tes berbasis komputer (CAT) yang terbuka. Mereka berharap, jika sistem ini diterapkan, tidak ada lagi permainan di balik proses penjaringan.

"Kalau seperti ini terus, lebih baik masyarakat tidak perlu lagi ikut tes penjaringan. Jika yang dibutuhkan hanya satu atau dua orang, cukup buka seleksi untuk dua orang saja. Tidak perlu membuat banyak peserta mengikuti tes yang hanya membuang biaya dan tenaga jika hasilnya sudah ditentukan sebelumnya," ujar salah satu panitia desa.

 


Baca Juga